Rubrik Sore
Pendidikan Yang Selaras Dengan Hukum Perkembangan Anak
Oleh: Brody Jenner
Dalam dunia pendidikan, istilah “perkembangan” sering kali disandingkan dengan “belajar”, namun keduanya tidak selalu dipahami secara tepat oleh para pendidik, orang tua, bahkan pembuat kebijakan. Padahal, hukum perkembangan anak—baik motorik, kognitif, sosial, maupun moral—merupakan fondasi utama yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Secara sederhana, hukum perkembangan adalah prinsip yang menjelaskan bagaimana manusia bertumbuh secara bertahap dan berurutan, dari fase bayi hingga dewasa. Dalam konteks pendidikan, pemahaman ini sangat krusial. Mengapa? Karena anak tidak dapat dipaksakan untuk belajar sesuatu yang belum siap secara perkembangan.
Misalnya, perkembangan motorik anak memengaruhi kemampuannya untuk menulis, menggambar, atau bahkan duduk tenang di kelas. Perkembangan kognitif menentukan kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah, dan memahami konsep abstrak. Sementara itu, aspek sosial dan moral memengaruhi bagaimana anak berinteraksi, memahami norma, dan membentuk karakter.
Ironisnya, sistem pendidikan kita masih sering kali mengabaikan hukum perkembangan ini. Anak-anak dinilai berdasarkan standar seragam yang tidak mempertimbangkan keunikan tahapan perkembangan masing-masing. Akibatnya, banyak anak dianggap “tidak mampu” atau “bermasalah” padahal mereka hanya belum sampai pada fase perkembangan tertentu.
Belajar dan perkembangan bukanlah dua hal yang terpisah. Belajar seharusnya mengikuti ritme perkembangan anak. Ketika proses belajar disesuaikan dengan fase perkembangan, anak akan lebih mudah menyerap pengetahuan dan mengembangkan potensinya secara optimal. Sebaliknya, jika belajar dipaksakan melebihi kapasitas perkembangan, hasilnya adalah stres, tekanan, dan kehilangan minat belajar.
Sudah saatnya dunia pendidikan kita menyadari bahwa memahami hukum perkembangan bukan hanya ranah psikologi anak, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Guru perlu dilatih untuk membaca tanda-tanda perkembangan anak. Kurikulum harus disusun dengan fleksibilitas yang memungkinkan penyesuaian terhadap kebutuhan perkembangan siswa.
Dalam era di mana pendidikan dituntut untuk mencetak generasi berdaya saing global, kita tidak boleh melupakan bahwa manusia berkembang secara bertahap. Pendidikan yang tidak berpijak pada hukum perkembangan hanya akan menghasilkan anak-anak yang terlatih menghafal, namun tidak mampu berpikir, berempati, atau bermoral.
Pendidikan sejati bukanlah soal seberapa cepat anak menguasai pelajaran, tetapi seberapa dalam ia memahami dirinya dan dunia sekitarnya—dan semua itu hanya mungkin jika kita mulai dengan memahami cara anak berkembang.