Cianjur, 17-10-2025 BicaraNews.id —
Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Cianjur, Beni Irawan, S.H., mengingatkan seluruh kepala desa dan perangkat pemerintahan di wilayahnya agar menjauhi gaya hidup hedonis dan berlebihan. Menurutnya, sikap tersebut dapat menimbulkan jarak sosial antara pemimpin dengan warganya dan melukai perasaan masyarakat.
“Secara psikologis, masyarakat bisa merasa enggan jika melihat pemimpinnya tampil terlalu keren atau berlebihan. Itu bisa menimbulkan sekat dan rasa sungkan, sehingga pemimpin kehilangan kedekatan emosional dengan rakyatnya,” ujar Beni Irawan dalam arahannya kepada para kepala desa se-Kabupaten Cianjur.
Lebih lanjut, Beni menekankan pentingnya setiap kepala desa untuk meningkatkan ilmu dan wawasan tentang hakikat kepemimpinan yang sesuai dengan kultur dan filosofi budaya Sunda, yakni berlandaskan nilai ajen-inajen serta semangat silih asah, silih asih, silih asuh. Nilai-nilai tersebut, kata Beni, menjadi kunci agar hubungan antara pemerintah desa dan masyarakat tetap harmonis dan tidak menimbulkan kesenjangan sosial.
“Kepemimpinan Sunda itu bukan tentang wibawa yang ditunjukkan lewat tampilan, tapi lewat rasa dan laku. Pemimpin sejati hadir dalam kesederhanaan, ketulusan, dan pengayoman,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Beni juga menyoroti pentingnya kemampuan manajemen konflik sosial di tingkat desa. Ia mencontohkan, baru-baru ini terjadi insiden di salah satu desa ketika warga datang mempertanyakan suatu kebijakan. Karena kurangnya komunikasi dan pengelolaan situasi, persoalan kecil justru melebar menjadi konflik dan berujung pada tuntutan agar kepala desa mundur dari jabatannya.
“Padahal tidak semudah itu. Setiap persoalan pemerintahan ada aturan dan dasar hukumnya. Kalau kepala desa memahami prosedur dan mampu menjelaskan dengan baik, tentu masyarakat bisa memahami. Di sinilah pentingnya komunikasi, musyawarah, dan sikap tenang dalam menghadapi tekanan publik,” jelas Beni.
Menurutnya, seorang pemimpin harus mampu meredam potensi konflik dan mengembalikan setiap permasalahan pada jalur hukum serta musyawarah. Dengan begitu, budaya dialog dan kebersamaan dapat tumbuh kembali sebagai ciri khas masyarakat Sunda yang beradab.
Beni berharap pesan ini menjadi pengingat bagi seluruh aparatur desa untuk terus memperkuat kapasitas diri, menjaga etika sosial, dan membangun kepemimpinan yang berpihak pada rakyat dengan nilai-nilai kearifan lokal.
N.Rafael




 
							





