banner 728x250
Berita  

“Kritik Sosial” Ketika pengawasan berubah Menjadi Pemerasan: Penyimpangan Peran Wartawan dan LSM

banner 120x600
banner 468x60

Kritik Sosial

Dalam sistem demokrasi yang sehat, wartawan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki posisi yang strategis sebagai penjaga moral dan pengawas jalannya kekuasaan. Pers yang bebas dan LSM yang independen adalah pilar penting dalam membangun transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan terhadap kepentingan publik. Namun, ironisnya, di sejumlah kasus, fungsi mulia ini ternodai oleh segelintir oknum yang menyalahgunakan peran mereka demi kepentingan pribadi.

 

Fenomena ini muncul ketika kritik yang seharusnya menjadi bentuk kontrol sosial, justru dipelintir menjadi alat intimidasi dan pemerasan. Wartawan yang memegang data atau informasi tertentu tidak lagi berorientasi pada pemberitaan yang objektif dan berimbang, melainkan menjadikannya sebagai senjata untuk menekan narasumber. Demikian pula, beberapa oknum LSM menjadikan pengaduan atau laporan sebagai komoditas yang dapat “dijual” kepada pihak-pihak tertentu, dengan ancaman pelaporan ke media atau penegak hukum bila tuntutan mereka tidak dipenuhi.

 

Tindakan seperti ini bukan hanya mencoreng etika profesi, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap media dan organisasi sipil secara keseluruhan. Padahal, kepercayaan adalah modal sosial yang sangat mahal. Ketika publik kehilangan kepercayaan terhadap wartawan dan LSM, maka ruang demokrasi akan semakin menyempit dan suara rakyat akan kehilangan salurannya yang sah.

 

Tentu, kita harus bersikap adil. Tidak semua wartawan dan LSM melakukan hal tersebut. Masih banyak yang tetap teguh pada idealismenya, bekerja keras di lapangan demi menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Namun, praktik-praktik penyimpangan yang dibiarkan tanpa koreksi justru akan merusak reputasi kolektif profesi dan menciptakan preseden buruk.

 

Maka dari itu, perlu ada penguatan kode etik dan mekanisme pengawasan internal yang tegas, baik di tubuh organisasi pers maupun LSM. Di sisi lain, masyarakat juga harus diedukasi agar tidak terintimidasi oleh ancaman-ancaman tak berdasar dan berani melaporkan pemerasan yang berkedok pengawasan.

 

Demokrasi tidak akan bertumbuh dalam iklim yang penuh ketakutan dan manipulasi. Hanya dengan komitmen terhadap integritas dan profesionalisme, wartawan dan LSM dapat kembali menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah.

 

N.A Rafael

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *