banner 728x250
Berita  

MANIFESTO PENDIDIKAN RAKYAT BERBASIS KULTUR

banner 120x600
banner 468x60

Narasumber: Jajang Sutisna – Kabid PAUD dan Dikmas

Kami, anak-anak tanah Pasundan, menatap masa depan dengan hati yang menengok masa lalu.

Kami meyakini bahwa pendidikan sejati bukan sekadar mencetak tenaga kerja, melainkan ngamumule hirup jeung kahirupan — memelihara kehidupan agar selaras antara manusia, alam, dan Gusti Nu Maha Kawasa.

Tanah kami lebih banyak air daripada darat, tapi kini arusnya mulai keruh oleh ambisi dan keserakahan.

Kami tidak ingin generasi mendatang hidup di negeri yang kehilangan sawahnya, kehilangan sungainya, dan kehilangan budinya.

Falsafah Dasar Pendidikan Rakyat Sunda

Pendidikan rakyat Sunda berakar pada tiga kekuatan nurani:

1. Silih Asah – menumbuhkan kecerdasan melalui rasa ingin tahu dan kebijaksanaan.

2. Silih Asih – menanamkan kasih antar sesama dan hormat kepada alam.

3. Silih Asuh – membimbing dengan laku, bukan hanya kata.

Dari sini tumbuh keyakinan bahwa mendidik bukan sekadar memberi pelajaran,

tetapi ngawangun manusa nu nyunda dina rasa, nyantika dina budi, jeung nyampurnakeun dina laku.

Tujuan Utama

Mewujudkan Manusa Sunda Paripurna — manusia yang:

Cerdas nalar, halus rasa, kuat laku.

Mampu berdiri di atas tanah sendiri tanpa kehilangan akarnya.

Mengabdi bukan karena jabatan, tapi karena cinta pada kebenaran dan keseimbangan alam.

Pilar Pembangunan Pendidikan Rakyat

1. Kultur dan Ketahanan Pangan

Menghidupkan kembali leuit dan sistem pangan mandiri desa.

Sawah tidak boleh dijual, karena tanah bukan komoditas — melainkan pusaka kehidupan.

2. Ekologi dan Tata Ruang Alamiah

Sungai kembali jadi sungai, gunung dijaga, hutan dihormati.

Pembangunan disesuaikan dengan kodrat ruang, bukan sebaliknya.

3. Ekonomi Rakyat Mandiri

Rakyat dididik untuk mencipta, bukan sekadar mencari.

Ekonomi tumbuh dari keterampilan lokal, gotong royong, dan kebersamaan.

4. Pendidikan Moral dan Budaya

Sekolah bukan pabrik nilai, tapi taman budi.

Guru bukan sekadar pengajar, tapi pangaping rasa — penjaga nurani.

5. Transparansi dan Tanggung Jawab Sosial

Anggaran publik digunakan untuk kepentingan bersama.

Rencana pembangunan disusun dengan siklus rakyat:

infrastruktur dasar, pendidikan dan budaya, ekonomi mandiri, evaluasi dan penyempurnaan.

Peran PKBM dalam Jalan Pendidikan Rakyat Sunda

PKBM adalah jembatan antara rakyat, pengetahuan, dan kebudayaan.

Ia menjadi ruang hidup bagi masyarakat yang ingin terus belajar tanpa batas usia, tanpa sekat sosial.

PKBM hadir bukan hanya untuk menuntaskan buta aksara, tetapi juga menyalakan cahaya kesadaran — bahwa elmu téh kudu hirup di jero kahirupan, bahwa belajar sejati adalah bagian dari ibadah sosial.

Di tangan PKBM, pendidikan rakyat kembali menemukan maknanya:

bukan sekadar mencetak ijazah,

tetapi membangkitkan martabat.

Bukan hanya mendidik kepala,

tetapi juga mengasah hati dan tangan untuk berguna bagi sesama.

PKBM menjadi titian kecil tapi kokoh,

yang menyambungkan warisan leluhur dengan kebutuhan zaman.

Ia menanamkan kembali nilai silih asah, silih asih, silih asuh

di tengah masyarakat modern yang sering kehilangan arah.

– Sumpah Rakyat Pendidikan Pasundan

Kami bersumpah untuk:

Menjaga tanah agar tetap menjadi sumber kehidupan, bukan sumber keuntungan.

Mendidik anak-anak agar mencintai alam seperti mencintai ibunya sendiri.

Menegakkan keadilan bukan dengan kata, tapi dengan laku.

Menolak pembangunan yang menindas rakyat, dan menegakkan pembangunan yang menumbuhkan kehidupan.

Sebab kami percaya:

Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak.

(Hutan rusak, air habis, manusia celaka.)

Bedi Budiman

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *