Cianjur, Jawa Barat — Di tengah derasnya hujan dan sapuan angin kencang belakangan ini, pemandangan di sejumlah ruas jalan Kabupaten Cianjur tampak mengkhawatirkan. Sejumlah pohon besar tampak doyong ke arah badan jalan, sebagian bahkan condong menimpa kabel listrik dan nyaris menyentuh atap kendaraan yang melintas.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius terhadap kinerja Dinas Lingkungan Hidup, Tata Ruang, dan PUPR Kabupaten Cianjur. Di mana pengawasan rutin dan pemeliharaan pohon pelindung yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama?
Foto-foto yang beredar di masyarakat memperlihatkan bahwa banyak pohon telah kehilangan keseimbangan akar akibat usia, erosi, atau pelebaran jalan tanpa kompensasi ruang tumbuh yang layak. Jika dibiarkan, bukan hanya pengguna jalan yang terancam, tetapi juga jaringan listrik, properti warga, bahkan nyawa.
Padahal, pohon-pohon itu dulunya ditanam untuk meneduhkan dan mempercantik kota. Ironisnya, kini sebagian justru berubah menjadi “bom waktu ekologis” karena kelalaian perawatan.
Kritik dan Seruan
Sudah saatnya dinas terkait tidak hanya turun tangan setelah pohon tumbang dan viral di media sosial. Perlu langkah nyata dan sistematis:
1. Audit menyeluruh terhadap pohon tua dan doyong di wilayah padat lalu lintas.
2. Pemangkasan selektif dan peremajaan pohon dengan jenis berakar kuat dan tidak mudah condong.
3. Sinergi antara DLH, PUPR, PLN, dan BPBD agar pohon dekat jaringan listrik atau jalan utama mendapat penanganan cepat.
4. Sosialisasi publik agar warga tahu kanal pelaporan resmi, misalnya lewat aplikasi atau WhatsApp aduan.
5. Penataan ulang tata ruang hijau, bukan hanya untuk estetika, tapi demi keselamatan dan keseimbangan lingkungan.
Cuaca ekstrem memang tidak bisa dicegah, tetapi bencana akibat kelalaian bisa dihindari.
Menanam pohon adalah kebajikan, tetapi membiarkan pohon berisiko tumbang adalah kelalaian yang berpotensi mematikan.
Sudah saatnya Dinas Lingkungan Hidup, Tata Ruang, dan PUPR Cianjur berbenah dan turun langsung ke lapangan, bukan hanya menunggu laporan warga.
Kota hijau seharusnya bukan sekadar slogan — melainkan tanggung jawab nyata terhadap keselamatan warganya.
Brody Janner










